Hutan Terus Digusur, Peneliti: Waspadai Merebaknya Wabah Malaria Zoonosis di Asia Tenggara

- Selasa, 8 November 2022 | 22:16 WIB
Seberapa berbahayakah penyakit malaria (pixabay.com/Emphirio)
Seberapa berbahayakah penyakit malaria (pixabay.com/Emphirio)

NUANSATIMUR.COM - Laju pembangunan infrastruktur yang terus dilakukan tanpa mempedulikan dampak lingkungan bukanlah hal yang baru di tanah air. Hal tersebut bahkan turut dilakukan oleh negara lainnya dalam taraf Internasional.

Di tanah air khususnya, Sebelum menjalar ke daerah Timur Indonesia seperti Pulau Cenderawasih, Papua, pembangunan ala pemerintahan pusat telah menyasar terlebih dahulu di Pulau-Pulau Besar wilayah Barat. 

Banyak kasus di Pulau Sumatera dan Kalimantan yang dapat menjadi contoh bagaimana pembangunan tanpa memperhatikan lingkungan hidup adalah bom waktu bagi kehidupan manusia.

Baca Juga: Coupon Code The Spike Volleyball Story 9 November 2022

Dilansir dari Antara, Sejumlah ilmuwan yang menghadiri 7th World One Health Congress di Singapura mengungkapkan bahwa laju deforestasi akibat maraknya alih fungsi lahan berpotensi meningkatkan penularan penyakit malaria dari hewan ke manusia di Asia Tenggara.

"Pola alih fungsi lahan oleh manusia, termasuk perluasan agrikultur dan deforestasi, ditengarai menjadi pendorong utama di balik penyebaran malaria zoonosis (dari hewan ke manusia) yang relatif baru dan tengah berlangsung di Asia Tenggara," kata dr Inke Nadia Diniyanti Lubis, M.Ked(Ped), Sp. A, Ph.D Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), di Singapura, Selasa (08/11/2022).

Inke bersama tim Fakultas Kedokteran USU menggandeng Menzies School of Health Research Australia diketahui telah melakukan penelitian tentang potensi paparan terhadap parasit Plasmodium knowlesi di antara pekerja perkebunan sawit di Langkat, Sumut, pada Juli-Agustus 2022.

Baca Juga: Gempa Terkini: Yogyakarta diguncang gempa dua kali pada 9 November 2022

Plasmodium knowlesi adalah salah satu parasit penyebab penyakit malaria, yang secara alami alami menginfeksi kera ekor panjang dan ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk kelompok Anopheline.

Penelitian Inke dkk menemukan bahwa pekerja perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Langkat kerap melihat keberadaan kera ekor panjang tetapi mengabaikan perlindungan terhadap nyamuk yang berpotensi mentransmisikan parasit Plasmodium knowlesi penyebab penyakit malaria.

Malaria yang diakibatkan parasit Plasmodium knowlesi diketahui telah menjadi endemi di wilayah Sabah dan Serawak, Malaysia, sejak 2004. Problem yang sama dapat terjadi di dalam  negeri jika masyarakat tidak cukup awas akan bahayanya.

Baca Juga: Ada Saldo DANA Rp112 Ribu Dari Game Penghasil Uang Island King Pro, mainkan sekarang

Dengan temuan tersebut Inke menjelaskan bahwa alih fungsi lahan cukup berpotensi menimbulkan hilangnya habitat kera ekor panjang yang lebih jauh lagi berpeluang memaparkan malaria akibat parasit berbahaya tersebut ke manusia.

"Pada saat mereka kehilangan habitatnya dan juga manusia semakin mendekat dengan adanya perubahan lahan yang tadinya hutan menjadi kebun atau plantation lain, maka tempat ini jadi tempat pertemuan hewan tadi dan manusia, maka paparannya akan menjadi semakin tinggi antara manusia dan hewan," katanya.

Halaman:

Editor: Mohamad Rizky Djaba

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Momen 13 November Memperingati Hari Kebaikan Sedunia

Minggu, 13 November 2022 | 10:05 WIB

Rusia Untung Besar Selama Invasi 6 Bulan Ke Ukraina

Sabtu, 5 November 2022 | 19:12 WIB

Terpopuler

X